MEDIARETORIKA.com-Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Prodi PJKR) STKIP PGRI Sumenep, kembali sabet Juara 1 Pencak Silat Tanding Kelas B Putri, yang diselenggarakan oleh Ikatan Pencak Indonesia (IPSI) Pamekasan pada 30-31 Oktober 2021 lalu.
Ifani Puji Lestari, mahasiswa Prodi PJKR Semester V sebagai juara 1 Pencak Silat itu, mengatakan bahwa lomba tersebut merupakan seleksi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) tahun 2021-2022.
“Itu sebenarnya ajang di Pusat Latihan Kabupaten (Puslatkab) untuk seleksi lomba Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) tahun 2021-2022, yang tidak mendapatkan medali, tetapi mendapatkan sertifikat,” ungkap perempuan yang akrab disapa Tari pada awak media (08/11/2021).
Wanita yang berdomisili Pamekasan itu juga mengungkapkan, bahwa untuk mengikuti ajang tersebut ia berangkat dari perguruan bela diri yang diikutinya di Pamekasan.
“Saya itu berangkat dari perguruan Pencak Silat Angkatan Muda Rasio (Pamur) di Pamekasan, karena Porprov itu atas nama Kabupaten, kalau kita mau mewakili Kabupaten kita harus mewakili perguruan dulu, lalu mewakili Kabupaten, terus mewakili Jawa Timur,” ucapnya.
Selama duduk di bangku kuliah, Tari mengaku sudah berhasil mengantongi 3 kali juara di Cabang Olahraga (Cabor) yang sama. Pertama pada semester 1 ia berhasil juara 1 di Surabaya dengan mengatasnamakan mahasiswa STKIP PGRI Sumenep. Kedua, di semester 2 ia sabet juara 2 se-Madura. Kemudian yang Ketiga, sebagai juara 1 di tingkat Kabupaten, namun hingga saat ini pihak kampus masih tutup mata untuk memberikan penghargaan kepadanya.
“Untuk penghargaan dari pihak kampus itu tidak ada, padahal yang pertama kali di Surabaya itu atas nama kampus, dan sempat mengajukan semacam proposal ke pihak kampus, tapi pihak kampus hanya cuek-cuek aja,” timpalnya.

Menanggapi pernyataan Atlet Silat itu, Asmoni selaku Ketua STKIP PGRI Sumenep menyampaikan bahwa sebenarnya setiap perlombaan harus mampu dipilah, jika bersifat undangan kelembagaan, maka hal itu bisa dibicarakan bersama.
“Tapi kalau event itu berbentuk kegiatan umum ini seharusnya ada kebesaran bersama, bukan berarti seluruhnya ada support dari lembaga,” ungkapnya.
Asmoni menegaskan bahwa untuk memberikan penghargaan, pihaknya telah menggantinya dengan ucapan selamat sebagai pengakuan, sedangkan untuk penghargaan lain ia mengaku harus dianalisis berdasarkan kemampuannya.
“Minimal kita memberikan ucapan sebagai pengakuan, sedangkan penghargaan lain itu harus analisis betul berdasarkan kemampuan, kecuali utusan itu memang dari lembaga,” katanya.
“Nantinya biar diatur di bagian kemahasiswaan, formula dari penghargaan itu seperti apa. Mohon ketika ada sesuatu tolong konfirmasi, minimal ke DPA (Dosen Pembimbing Akademik, red) atau Prodi,” tandasnya.
Reporter : AL