Oleh: Ach. Zainuddin
Sumenep, sebuah kota kecil yang terletak di Madura, Jawa Timur, memiliki warisan budaya yang sangat kaya dan mempesona. Kota ini dikenal sebagai “The Soul of Madura” atau jantungnya Madura, karena mampu melestarikan tradisi-tradisi khas daerah tersebut.
Salah satu tradisi yang paling menarik dan unik adalah Temang Manten, sebuah upacara pernikahan yang melibatkan seluruh masyarakat Sumenep. Temang Manten bukan sekadar ritual adat, tetapi juga merupakan wujud nyata dari nilai-nilai sosial dan kebudayaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sumenep.
Temang Manten adalah istilah dalam bahasa Madura yang secara harfiah berarti “mengundang mempelai.” Tradisi ini berfungsi sebagai ajang untuk mengundang keluarga, tetangga, dan teman-teman pengantin untuk berkumpul dan merayakan pernikahan. Temang Manten menjadi momen penting dalam budaya Sumenep, di mana hubungan sosial dan kebersamaan dihormati dengan penuh semangat.
Tradisi Temang Manten sudah ada sejak zaman kerajaan Sumenep pada abad ke-17. Tradisi ini awalnya hanya dilakukan oleh kalangan bangsawan atau kerabat raja, tetapi kemudian menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Tradisi ini juga mengalami beberapa perubahan dan penyesuaian seiring dengan perkembangan zaman, tetapi tetap mempertahankan esensi dan maknanya.
Prosesi Temang Manten dimulai dengan persiapan dari kedua belah pihak keluarga. Pengantin pria (manten lanang) dan pengantin wanita (manten putri) bersama keluarga mereka akan membuat undangan khusus dalam bentuk lembaran kertas bertuliskan undangan dan kain yang dikenal sebagai “temang.” Temang ini dihiasi dengan motif tradisional Madura yang indah, seperti batik madura, sogan madura, atau tanjung bumi. Motif-motif ini melambangkan keberkahan, kesuburan, kesetiaan, dan kebahagiaan bagi pengantin.
Pada hari Temang Manten tiba, keluarga pengantin wanita akan mengirimkan rombongan yang terdiri dari kerabat dan tetangga ke rumah pengantin pria. Rombongan ini membawa temang serta aneka macam kue tradisional Madura, seperti dodol madura, jajanan pasar madura, atau klepon madura. Rombongan ini juga membawa alat-alat rumah tangga, seperti lemari, kursi, tempat tidur, lengkap dengan baju penganten, bahkan hewan peliharaan seperti ayam atau kambing. Semua itu dilakukan sebagai tanda penghormatan (pangèsto) kata orang Madura, dan disambut dengan hangat oleh keluarga pengantin pria. Setelah itu, rombongan wanita akan menuju kerumah penganten pengantin pria yang di kenal dengan sebutan (bâlessen) kata orang Madura yang berarti membalas dari apa yang telah di lakukan oleh rombongan penganten pria.
Ketika rombongan tiba di rumah pengantin wanita, mereka disambut dengan senyum, tawa, dan keceriaan. Acara ini dimeriahkan dengan nyanyian tradisional Madura yang disebut hadrah modern, tarian tradisional Madura yang disebut bahagamz, dan musik tradisional Madura yang disebut kerawitan. Nyanyian, tarian, dan musik ini menggema di udara, menciptakan suasana yang meriah dan menggembirakan. Sambil lalu rombongan tamu wanita ataupun yang laki laki memberikan uang kepada penganten di iriringi dengan lantunan nada penganten baru, menunjukkan rasa hormat dan doa bagi pengantin.
Setelah acara penyambutan, acara Temang Manten dilanjutkan dengan pesta makan malam yang diselenggarakan di rumah pengantin wanita. Makanan khas Madura disajikan dalam berbagai hidangan lezat, seperti sate madura, soto madura, nasi serpang, atau nasi jagung. Makanan-makanan ini mencerminkan kekayaan kuliner tradisional Madura yang bercitarasa pedas dan gurih. Para tamu menikmati hidangan dengan sukacita, sambil berbagi cerita dan mempererat ikatan sosial.
Tradisi Temang Manten memiliki signifikansi budaya yang mendalam bagi masyarakat Sumenep. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan keindahan seni dan musik tradisional Madura, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai sosial dan kebudayaan yang penting bagi kehidupan masyarakat.
Pertama, tradisi ini memperkuat hubungan sosial dan kebersamaan antara keluarga, tetangga, dan teman-teman. Melalui Temang Manten, ikatan keluarga diperkuat dan pertukaran kebaikan antar tetangga ditekankan. Tradisi ini juga menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada pengantin dan keluarga mereka. Menurut penelitian dari Universitas Negeri Surabaya, Temang Manten dapat meningkatkan solidaritas sosial dan kesejahteraan masyarakat Sumenep.
Kedua, Temang Manten merupakan cara bagi masyarakat Sumenep untuk merayakan keindahan seni dan budaya lokal. Musik, tarian, dan pakaian tradisional yang digunakan dalam acara ini menjadi wujud nyata dari identitas budaya mereka. Generasi muda dapat belajar dan menghargai warisan budaya mereka melalui partisipasi dalam tradisi ini. Menurut testimoni dari salah satu pengantin yang pernah mengikuti Temang Manten, tradisi ini membuatnya merasa bangga dan terhubung dengan akar budayanya.
Tradisi Temang Manten merupakan perpaduan indah antara pernikahan dan budaya di Sumenep, Madura, Jawa Timur. Melalui Temang Manten, keluarga, kerabat, tetangga, dan teman-teman bisa berkumpul dalam sebuah perayaan yang memperkuat ikatan sosial dan menghargai kekayaan budaya mereka. Tradisi ini juga memberikan inspirasi dan pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya kita. Oleh karena itu, saya mengajak Anda untuk mengunjungi Sumenep dan menyaksikan langsung Temang Manten, atau berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang melestarikan budaya Madura.
*Penulis bernama Ach Zainuddin lahir di Desa Duko, Kecamatan Rubaru. Sekarang sedang menempuh pendidikan Strata-1 di STKIP PGRI Sumenep. Tepatnya, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI). Ia juga aktif di organisasi intra kampus LPM Retorika.