Aku Masih Bingung, Dia Dewa Atau Babu Mahasiswa

0
430
Ilustrasi by mediaretorika.com

Oleh: Miftahol Rosiqin

Tiba-tiba saya ingin menulis. Tentang sesuatu yang mungkin cukup penting untuk dibahas. Meski, tulisan ini hanya sekadar bacaan sederhana. Tetapi paling tidak, melalui tulisan ini, kita bisa saling berbagi. Tulisan ini hanya berisi beberapa paragraf. Namun, saya yakin bisa menambah wawasan di otak kalian.

Saya akan bahas tentang dewa. Namun dewa kali ini, bukanlah dewa Zeus, Hera, Poseidon, ataupun Dewa Artemis, melainkan dewa-dewa yang berlalu-lalang di lingkungan kampus. Entah itu dari dewa yang terbilang keroco maupun dewa yang berada di tempat-tempat strategis kampus.

–Dewa kampus– ya, di kampusTanéan Lanjhâng yang saya maksud. Tidak lain ialah para staf dan pengelola yang menjadi penghuni tetap di rumah pendidikan itu. Dibenak pembaca mungkin bertanya-tanya, mengapa dibilang dewa kampus?, mungkinkah sang penulis terindikasi ajaran sesat?, Wkwkwkwk.

Sebelum memutuskan menggunakan olokan dewa kampus, saya cukup dibuat gusar dalam menentukan nama yang cocok pada dewa-dewa kampus ini. Pelbagai nama telah saya pikirkan, seperti; Jendral, Raja, Tuan Tanah dan sebagainya, dan tibalah saya pada Dewa Kampus.

Tentu, olokan yang mungkin membuat pembaca menyunggingkan senyum itu bukanlah tanpa alasan. Jika kita renungkan kembali, apasih tugas staff dan pengelola kampus?. Baik, mari kita bedah bersama.

Tugas mereka tentunya tidak jauh dari membantu keperluan mahasiswa. Seperti; keperluan admistrasi, pembuatan KTM, mengurus berkas KIP, menjaga kebersihan lingkungan kampus, dan berbagai keperluan lainnya. Atau sebutan lainnya adalah –Babu Mahasiswa–.

Namun, entah apa yang merasuki babu mahasiswa itu, mereka malah berlagak bagaikan dewa. Maksud saya, sebagai babu, sepatutnya mereka melayani majikan dengan ramah. Alih-alih ramah, mahasiswa malah disuguhi dengan pelayanan yang buruk, tersinis, judes, dan terkesan mengerdilkan mahasiswa.

Jika kita bernala-nala, apakah mereka seharusnya seperti itu?, tentu tidak. Mungkin para babu ini perlu belajar pada teller bank. Tentang bagaimana cara menyuguhi nasabah dengan senyuman hangat yang sampai membikin hati berdebar-debar.

Tidak hanya senyum, kita juga pasti merasakan bagaimana lemah-lembutnya teller bank dalam bertutur kata, seperti sekadar menanyakan maksud tujuan kita. Bahkan walaupun kita salah, teller bank tidak semata-mata langsung menghakimi dengan nada keras. Idaman sekali bukan pelayanan seperti itu.

Dan sangat berbanding terbalik bukan dengan yang ada di kampus kita ini, wkwkwk. Menurut saya sendiri, kampus harus memperbaiki dulu dari segi pelayanannya, karna itu adalah salah satu hal mendasar untuk membuktikan berkualitas dan tidaknya suatu kampus.

Jangan sampai babu-babu kampus ini masih berlagak bagaikan dewa. Ingat, kalian adalah Babu Mahasiswa. Layanilah mahasiswa sebagai mana kalian menjilati atasan kalian. Tanamkan dibenak kalian bahwa mahasiswa bukanlah orang yang bisa kalian rendahkan.

Saya sengaja mengambil judul “Aku Masih Bingung, Dia Adalah Dewa Atau Babu Mahasiswa”. Karena tujuannya, untuk menarik kalian membaca tulisan ini. Saya merasa, mahasiswa sekarang butuh di dikte dalam segala hal. Ingat, derajat kalian lebih tinggi dari siapapun. Hidup Mahasiswa!!

*Penulis adalah Miftahol Rosiqin, mahasiswa prodi PGSD yang aktif menulis di LPM Retorika.

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here