
MEDIARETORIKA.com–Avan Fathurrahman, sosok alumni Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Retorika STKIP PGRI Sumenep, kembali meraih prestasi gemilang di bidang menulis tingkat nasional. Setelah sebelumnya menjadi pemenang lomba menulis dongeng fabel trip ketiga negara.
Tak hanya sekadar memberikan teori kepenulisan, tapi juga memberikan bukti yang konkret kepada juniornya.
Alumni yang akrab disapa Kak Avan itu, kali ini, berhasil lolos dalam seleksi penulisan buku bacaan Nonfiksi Informatif di Bali. Seleksi ini, adalah hasil kolaborasi antara Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) dan INOVASI.
Bukan hanya menjadi Alumni LPM Retorika, dia adalah salah satu guru di SDN Larangan Barma I Kecamatan Batuputih, dan sekarang juga menjadi dosen di kampus STKIP PGRI Sumenep.
Berdasar informasi yang ia dapat, seleksi tersebut untuk menjaring para penulis bacaan anak di Indonesia yang akan menulis buku tentang perubahan iklim. Dari sekian banyak peserta yang mendaftar, terpilih 16 penulis dari seluruh Indonesia. Salah satunya, adalah Kak Avan yang lolos dalam seleksi itu.
Pada Tahun 2021, dia menerima penghargaan Guru Inspiratif dari JTV. Selain itu, di pertengahan 2024, ia juga berhasil menerima penghargaan sayembara penulisan cerita anak dwi bahasa yang diadakan oleh Balai Bahasa Jawa Timur, dan memenangkan sayembara menulis GLN kemendikbudristek RI.
Menurut Kak Avan, saat seleksi, semua peserta harus mengirimkan artikel bebas dan storyboard calon buku yang akan ditulis. Setelah lolos, proses selanjutnya adalah merampungkan draf buku itu. Pendongeng Nasional ini, optimis dalam penyusunan buku tersebut berjalan lancar.
“Pada saat penulisan, Alhamdulillah tidak ada kendala sama sekali. Saya sendiri berdoa, supaya penyusunan buku ini berjalan dengan lancar,” sampainya.
Kata Kak Avan, kegiatan ini dilatar belakangi oleh perubahan iklim yang menjadi ancaman terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan manusia. Sedangkan, saat ini, Indonesia memiliki kebutuhan mendesak akan pendidikan perubahan iklim yang komprehensif, untuk menumbuhkan kepedulian anak-anak terhadap lingkungan.
“Karena hal ini, sudah terjawab lewat inisiatif terbaru yang dikembangkan Kemendikbudristek, yakni Pendidikan Perubahan Iklim. Apalagi, tema ini, sejalan dengan kurikulum merdeka yang telah diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir,” tambahnya.
Sekadar informasi, proses selanjutnya, seluruh penulis terpilih akan mengikuti lokakarya pada 13 – 17 September 2024 di Bali. Mereka akan belajar dan berdiskusi untuk menghasilkan bahan bacaan yang bermutu. Selanjutnya, proses revisi dan penyuntingan hingga bulan Maret 2025.
Belajar Menulis itu Tidak Mudah
Menjadi seorang penulis hebat, tentu tidak pernah lepas dari yang namanya proses. Sejak di bangku sekolah, Kak Avan sudah mulai suka menulis, dimulai dari tulisan sastra, sampai penulisan karya ilmiah. Sekarang, dia sedang menulis tulisan non-fiksi informatif.
Awalnya, dia juga meraba-raba dalam menulis. Terdapat banyak proses yang dilewati. Kata Kak Avan, belajar menulis itu tidak mudah, dibutuhkan tekad yang kuat. Sebab, banyak orang yang bermimpi menjadi penulis, tetapi tidak menulis.
Belajar menulis, lanjut Kak Avan, tidak perlu muluk-muluk. Tulis saja apa yang ingin di tulis. Jika orientasinya kepada kritis sosial, berarti dia harus membidik fenomena yang terjadi di sekitar.
“Apa yang dirasakan, itu saja yang di tulis. Tidak perlu bingung saya harus menulis apa, tulis saja sesuai dengan kemampuanmu,” tuturnya.
Namun, lanjut dia, belajar menulis harus diimbangi dengan membaca. Tak ada seorang yang berhasil menjadi penulis besar, kalau dia tidak membaca buku. Karena satu-satunya amunisi bagi seorang penulis, adalah membaca.
“Untuk jadi penulis, itu juga harus datang dari dalam diri sendiri. Percuma ikut pelatihan menulis, ikut seminar kepenulisan, dan lain-lain, kalau tidak menulis, percuma,” tegasnya.
Kak Avan juga mengatakan, seorang penulis tidak boleh sungkan meminta saran dan kritikan kepada yang lebih berpengalaman. Bahkan, dia sendiri, selalu meminta kritik dan saran kepada temannya. Karena terkadang, penulis tidak bisa melihat kelemahan tulisannya sendiri.
“Intinya, jangan alergi dengan kritikan, karena penulis juga kadang tidak tahu objektivitas karyanya sendiri,” pungkasnya.
Reporter: Zainuddin
Editor: Iqbal