Kelas Sumenep 3 Sukses Gelar Bedah Buku, Abd Kadir Motivasi Para Penulis

0
278
SEREMONIAL: Suasana acara beda buku yang di adakan oleh kelas Sumenep 3.(Agung/mediaretorika.com) Senin (09/12/24).

MEDIARETORIKA.com–Kelas Sumenep 3 gelar bedah buku Karya Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Writing Camp bersama mahasiswa serta, 15 kepala (Sekolah Menengah Pertama) SMP di Sumenep. bertempat di graha kemahasiswaan STKIP PGRI Sumenep. Senin (09/12/24).

Acara tersebut berjalan dengan lancar. Dilaksanakan secara tatap muka, dan siaran langsung melalui Diskominfo Kab. Sumenep. Selain kepala sekolah juga dihadiri oleh ketua PGRI Kabupaten Sumenep.

Sekadar Informasi, Terdapat 15 buku yang dibedah pada acara tersebut, yang ditulis oleh ke-15 orang guru SMP di Sumenep.

Ketua panitia Amilia Rahma Sania mengungkapkan, dirinya merasa  bangga acara tersebut dihadiri oleh seluruh undangan baik kepala sekolah maupun yang lainnya.

“Saya senang acara ini berjalan seperti tadi. Sungguh kali ini lebih dari ekspektasi saya,” ungkapnya salah satu penulis buku merasa bangga.

Dia juga menegaskan bahwa seorang guru harus bisa menulis, minimal 1 buku seumur hidup. Seorang guru juga dapat menjadi motivator bagi guru lainnya.

“Kami mendapat tantangan dari Dinas Pendidikan, dalam jangka waktu 5 hari harus sudah mencetak buku,” ucapnya.

Selaras dengan hal tersebut, Abd. Kadir selaku pembedah buku dalam acara tersebut menyampaikan apresiasi bagi penulis buku. Bahwasanya dari sekian ribu guru di sumenep hanya berapa persen jika dihitung sekarang yang dapat menulis buku.

Dia juga menambahkan sebuah motivasi bagi para guru penulis, jangan menyerah terus berkarya dalam menciptakan buku di era sekarang ini.

“Bedah buku kali ini bukan bermaksud untuk mengecilkan karya para guru, tentunya kali ini sebagai bahan untuk karya berikutnya,” sampainya.

Pembanding bedah buku M.Ridwan mengucapkan, banyak terimakasih terhadap kepala sekolah dalam mendorong para guru untuk menulis buku. Buku tersebut dapat digunakan untuk kenaikan jabatan fungsional para penulis.

Dia berharap bagi para guru untuk memperhatikan apa yang menjadi pengganggu bagi pembedah dan pembaca. Dan kembali membaca ejaan yang disempurnakan edisi ke-5.

“Saya pernah menyampaikan bahwa membaca ejaan yang disempurnakan edisi ke-5 merupakan hal wajib sebelum memulai menulis buku,” pungkasnya.

Reporter: Agung

Editor: Red.

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here