Semakin Aku Tau, Maka Semakin Aku Pesimis

0
1496
Gambar ilustrasi (istimewa)

Oleh : Akhidatul Avida

Hampir tengah malam, mata ini tidak dapat diajak berkompromi. Iseng-iseng membuka sosial media mungkin saja mendapat inspirasi dari snap atau status teman-teman. Karena dengan demikian, saya mencoba mengambil sisi positif dari sosial media. Belajar memahami sudut pandang orang lain melalui caption-caption yang mereka unggah. Benar saja, ada status dengan caption yang menarik sehingga membuat diri ini penasaran dan tidak dapat menahan diri untuk menswipe-up status orang ini. Dengan foto yang sederhana. Tetapi, caption yang luar biasa menarik karena dia mengutip kata-kata dari Soe Hok Gie. Dalam caption itu tertera “Seorang yang berani melihat fakta-fakta realita, mau tidak mau akan mempunyai nada yang pesimis” kata Gie.

Tanpa berpikir panjang karena kadung penasaran dengan arti yang sebenarnya lalu saya iseng menjawabnya dengan pertanyaan yang berbanding terbalik dari quote tersebut “lantas jikalau kita mempunyai nada optimis, apakah yang kita lihat hanyalah hayalan atau angan-angan?”. Sambil menunggu balasannya saya juga berpikir apa maksud tujuan dari quotes yang disampaikan, bahkan untuk memberikan pertanyaan itu saya sempat berpikir apakah kita tidak boleh optimis jika kita sudah tahu tantangan apa yang akan kita hadapi? apakah kita harus pesimis terus-menerus bukankah pesimis timbul karena kita dari awal takut untuk mencoba dan melakukan sesuatu? Tak lama setelah itu saya mendapatkan pencerahan perihal pesimis yang dimaksud oleh Soe Hoe Gie ternyata pesimis yang dimaksud adalah ketika dia melakukan sesuatu yang dihadapkan dengan fakta-fakta realita yang ada dan menimbulkan nada pesimis disana maka dia akan menambah semangat dan totalitasnya dalam berjuang.

Lalu sebenarnya apa yang menjadi masalah dengan pertanyaan yang saya ajukan? ternyata berasal dari sudut pandang pesimis yang saya anut selama ini. Saya mengartikan sebuah perasaan pesimis ketika saya tidak percaya diri untuk mencoba dan melakukan sesuatu karena selalu mempunyai pemikiran-pemikiran yang tidak dapat kita bayangkan sebelumnya. Bayang hal yang tidak-tidak selalu menyurutkan semangat untuk mencobanya. Ketakutan dengan alasan yang terlalu berbihan terkadang tidak masuk akal. Mungkin ketika dianalogkan seperti halnya saat kita mempunyai pemikiran mau menyelam tetapi takut karena tidak bisa melihat dasar laut itu, padalah bukankah air yang dangkal akan keruh dan air yang dalam akan jernih menampilkan dasarnya yang indah.

Ketakutan saya karena belum melihat titik terang yang pasti, akhirnya keraguan yang muncul selaras dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal. Dan, ternyata pikiran saya selama ini terlalu sempit tentang perasaan pesimis, sehingga berpandangan bahwa pesimis ini merupakah suatu hal yang negativ.

Tanpa mengatahui bahwasanya menurut Mc Ginnis (1995) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi optimisime sesorang. Yang pertama, merasa dirinya pesimis. Ketika seseorang ingin berpikiran positif maka penghambatnya terbesarnya adalah perasaan pesimistik yang dimiliki setiap orang. Tetapi, dengan demikian ini pula seseorang akan terdorong untuk merancang dan membentuk dirinya untuk berpikir optimis. Sehingga keberhasilan berpikir optimis berasal perasaan sifat pesimistik yang dimilikinya. Yang kedua, pengalaman berintraksi dengan lingungan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mengagumi dan mengapresiasi terhadap berbagai hal yang dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu seseorang akan mendapat dorongan, mempunyai harapan positif terhadap dirinya. Sehingga mereka terbantu untuk mendapatkan optimisme.

Dari kedua faktor di atas saya menganggap selaras dengan pendapat Soe Hoe Gie. Yaitu pesimis disini merupakan hal yang positif sehingga dengan perasaan pesimis seseorang akan terdorong untuk dirinya lebih baik lagi sehingga perasaan yang terbentuk adalah optimesme itu sendiri dan lingkunganpun yang terkadang menampilkan fakta-fakta realita memliki peranan yang sangat penting untuk membentuk suatu perubahan pada diri sendiri dengan cara berpikir postif dan memperoleh optimisme.

Tidak mungkin untuk kita selalu berpikiran positif dan selalu optimis, oleh karena itu marilah kita anggap sebuah perasaan pesimistik adalah dorongan terbesar untuk kita mencoba sesuatu walaupun nantinya kita akan dihadapkan dengan fakta-fakta realita yang tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Bukan pesimis yang membuat orang takut mencoba melainkan pesismis yang membentuk optimisme dalam diri kita.

 

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here