Matematikawan Tidak Selamanya Serius

0
663
Ilustrasi (Istimewa)

Oleh : M. Fais Jainuddin*

Otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu kiri dan kanan. Kedua belahan tersebut mempunyai struktur dan fungsi berbeda sehingga dari hal tersebut ada wacana bahwa mereka yang lebih dominan dengan otak kiri akan dianggap pintar ilmu matematikanya, sedangkan mereka yang lebih dominan dengan otak kanan lebih unggul dalam imajinasi atau kreativitas.

Dari hal tersebut Tak dapat dipungkiri bahwa banyak pendapat yang mengungkapkan bahwa para ahli matematika lebih sederhananya mahasiswa matematika, dalam sudut pandangnya itu sering menggunakan otak kiri. Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat dari Intelligence Quotient (IQ). Orang yang dominan dengan otak kirinya, lebih pandai melakukan analisa dan proses logis, tetapi kurang pandai dalam hal hubungan sosial.

Oleh karena itu, orang yang lebih dominan dengan otak kiri akan mengutamakan logika dalam proses pengambilan keputusan dan melakukan sesuatu dengan perhitungan yang matang. Saat kita ingin mengungkapkan sebuah fakta, otak kiri juga lah yang akan menariknya dari memori kita. Pelajaran yang monoton lebih menggunakan otak kiri saja tentu akan mengakibatkan pada rasa kebosanan sehingga berakibat krisisnya para pengagum matematika, dan tentunya orang yang dominan dengan otak kiri akan sulit dalam hal berinteraksi sehingga dari itu banyak orang matematika yang dianggap judes, pendiam dan bahkan sulit untuk di dekati.

Sementara itu, otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ). Misalnya seperti sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain, serta pengendalian emosi. Otak kanan juga berfungsi untuk semua jenis kegiatan kreatif, seperti menari, menggambar, atau menyanyi, dan otak kanan juga dapat melakukan beberapa fungsi matematika.

nah ini yang perlu disadari bahwasanya orang matematikawan harus bisa mengubah pola pikirnya, yakni juga harus mampu menggunakan otak kanan agar dapat mendorong perkembangan emosionalnya. Sehingga dapat membuktikan bahwasanya matematikawan juga bisa berinteraksi baik dengan sosial. Sebab jika hal itu dibiarkan maka secara tidak langsung akan menunjukkan bahwa sikap matematikawan cenderung membuat orang lain menjadi ilfil untuk mendekati dirinya.

Maka dari itu sebagai matematikawan harus bisa mengubah pola pikirnya untuk membuat materi matematika yang dianggap rumit menjadi menyenangkan, sehingga pandangan orang-orang yang kabur dari keadaan sebenarnya dapat terjawab secara jelas. Karena sikap kita terhadap sosial itu akan menimbulkan sebuah penilaian dari khalayak tentang bagaimana sikap matematikawan yang sebenarnya.

Nah ini sudah menjadi tugas kita sebagai mahasiswa, bahwasanya kita harus mengubah pola pikir seorang matematikawan dan para generasi matematikawan supaya kita tidak krisis lagi. Otak kiri dalam mempelajari ilmu matematika sangat diperlukan dan jangan lupa kalau otak kanan juga perlu kita asah untuk berinteraksi dengan sosial karena hal tersebut juga akan mampu memberikan ketertarikan masyarakat terhadap matematika. Mari berkreasi!!!!

*Penulis, Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep Program Studi Pendidikan Matematika (Prodi PMTK), semester V.

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here