Di kota Belgia ku letakkan kaki
Membentang kedua tangan selebar dada
Merangkul dunia dengan penuh kesadaran
Tanpa sandaran pada orang yang datang
Karena kebutuhan bukan kemauan
Ada harapan yang mesti ku gapai
Ku nikmati secangkir kopi, seteguk masuk ke tenggorakan
Membawa seribu kenikmatan yang selalu ku panjatkan
Uraikan beban pikiran, tuaikan ketentraman di balik lingkaran pena
Di atas kumparan
Angin malam lirih berbisik di telingaku
Seperti ada isyarat yang mau ia sampaikan
Tenangkan pikiran hirup udara dingin secara perlahan
Lalu hembuskan semua beban
Berdamai dengan suasana baru
Terlintas dalam benak ku sebuah mimpi tadi siang
Yang buat kebingungan
Sehingga tanda tanya terus menghantui setiap waktu
Siapakah dia sebenarnya?
Benarkah dia seorang bidaddari yang siap jadi teman hidupku
Sampai akhir hayat ku?
Kopi Belgia masih asyik buatku
*Penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Sumenep, semester 2.