Panduan Sederhana Memilih Pemimpin

0
2786
Ilustrasi Istimewa

Oleh : Hasan Liema A. 

Seperti apakah kampus baik itu? Sejumlah orang percaya bahwa kualitas kampus ditentukan oleh mahasiswa; mahasiswa melakukan tugasnya menempuh mata kuliah, menyabet berbagai gelar prestasi, dan pengembangan diri berbasis keahlian. Para pakar pendidikan meyakini sebaliknya; tanaga pendidik harus mampu mengelola dengan baik lembaga, menjalankan amanat, dan mengupayakan pengembangan dalam segala bidang.

Saya lebih condong kepada yang kedua dan percaya bahwa satu lembaga ditentukan oleh pemimpin yang baik. Tentu saja tidak hanya ditanggung sendirian. Ada elemen-elemen pendukung, seperti mahasiswa, dosen, pengelola, dan mitra-mitra. Semuanya punya perannya masing-masing.

Namun, yang paling penting adalah seorang pemimpin. Layaknya nakhoda kapal yang harus mampu membawa kapal mengarungi lautan. Tidak peduli dengan adanya badai dan rintangan yang ada. Namun harus tetap mencari solusi terbaik untuk mengembalikan kapal ke dermaga. Begitulah seharusnya seorang pemimpin yang baik.

Sepertinya tidak ada satupun yang mau menolak pernyataan itu. Bahwa pemimpinlah yang paling bertanggung jawab dalam mengatur arah perjalanan rombongan. Saat pemimpin (mulai) tidak kompeten, maka bersiaplah menunggu kehancuran. Maka, pemimpin itu harus benar-benar kompeten, Terlebih, pemimpin dalam lembaga pendidikan.

Sebagaimana termaktub dalam kilas balik sejarah manusia, pendidikan menjadi pondasi terpenting dalam membangun peradaban. Sehingga, jika dalam satu lembaga pendidikan terdapat satu kesalahan, maka akan menimbulkan kesalahan berantai dan berkepanjangan.

Menjadi sangat penting melakukan renungan dalam diri kita. Saat ini sedang terjadi proses penentuan pemimpin baru STKIP PGRI Sumenep. Sebuah lembaga tempat saya akan menjalankan rutinitas selama 4 tahun—semoga saja tidak lebih.

Tentu, sebagai mahasiswa yang baik saya sangat menyayangi kampus. Saya selalu ingin kampus lebih baik. Meskipun nyatanya masih tidak begitu. Karena masih sangat banyak problem-problem yang belum terurai.

Momentum penentuan nakhoda baru menjadi pintu baru untuk menuju perubahan. Tentunya ke arah yang lebih baik. Namun nyatanya tidak sesederhana itu.

Menentukan pemimpin, seyogianya harus sangat selektif. terutama dalam melihat gagasan, visi misinya, dan janjinya. Tidak kalah penting juga trek record-nya. Sebab, elemen-elemen itulah yang menjadi penentu arah selama masa jabatan berlangsung.

Bagi saya, semua elemen itu tak boleh ada satupun yang tertinggal. Sebagaimana Gagasan dan visi-misi harus benar-benar jelas arahnya. tentu menelaahnya sangat mudah. Kita hanya perlu membacanya dengan teliti, atau mendengarkan penjelasannya dengan seksama. setelah itu tinggalkan mencocokkan dengan kebutuhan.

Namun, yang menjadi problem besar adalah persoalan janji. Tentu gagasan dan visi-misi masih termasuk dengan janji.

Menjadi sangat menjengkelkan saat membahas soal janji, apalagi janji para pemimpin. Karena, hampir semua berakhir dalam mimpi. Tentu tidak semua pemimpin begitu, hanya sebagian besar saja. Mungkin hanya 99%, selebihnya tidak berjanji.

Lalu bagaimana menentukan calon pemimpin yang akan kita pilih bisa menepati janjinya? Maka elemen terakhir harus digunakan, yaitu melihat track record-nya.

Seribet itulah memang menentukan pemimpin yang ideal. Sebab, orang bodoh jika di tangan pemimpin yang baik akan lebih baik ketimbang orang pintar di tangan pemimpin yang bodoh. Jadi, adanya pemimpin yang baik tidak boleh ditawar.

Sebagai mahasiswa yang cinta kampus dan tidak punya hak menentukan pemimpin, saya berharap pemimpin mendatang adalah pemimpin yang mempunyai gagasan spektakuler dan visioner. Sehingga upaya maju berkembang dengan kualitas tidak semata jargon saja. Selebihnya adalah janji yang “wajib” ditepati.

 

*Hanya Mahasiswa Biasa

 

 

 

 

 

 

 

 

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here