Malam yang gelap gulita hanya ditemani oleh sepercik cahaya
Ku duduk termangu di trotoar jalan mengitari lingkaran pena kehampaan
Mengumpat kerinduan yang terhempas di atas rumput nan menghijau
Ku tumpahkan sebuah rasa pada rangkaian aksara
Rasaku hampir basi karena sepanjang hari terdiam dalam diri
Tanpa berani ku titipkan lewat angin malam agar tersampaikan pada pujaan
Ayam malam bersuara membangunkan orang-orang
Supaya menunaikan ritual malam pada sang penguasa alam
Ku hirup udara malam lepas secara perlahan
Hanyutlah semua kenangan bersama udara di ujung tanduk arus lautan
Aku memilih bukan sekedar memilah
Aku hanya memperjuangkan orang yang mau ku perjuangkan
Bukan hanya sekedar datang karena punya kemauan
Rasaku luas seluas samudra di lautan
Kini tak bisa ku diamkan karena gemuruh angin rasa membunuhku secara perlahan
*** Penulis adalah mahasiswa, karyanya banyak dibukukan di berbagai antologi bersama