Karya : Indri
Lengkara Asa
Reminensi memoriam sang buana
Gelap rasa tanpa baskara
Manusia kata purata, purata dan purata
Nampaknya,
Raga kian berubah menjadi arwah
Membuat tapakku pun tersungkur
Menjamah rembesan darah
Katanya,
Sujud bukan arti pengabdian semata
Katanya,
Semesta bungkam maknai sarwa
Luka-luka harap tak bertuan-puan
Serpih kaca tak menjadi penawar
Manusia udik dan semenjana
Nihil tanpa adanya nirmala
Karsa yang ditafsir fatamorgana
Kian rampung mendekap renjana
Bergegaslah tuan menuju pengasingan
Perlukah hamba antar?
Sebab tanah tak lagi menyediakan dogma
Semoga,
Suka dan duka mampu merangkap amerta
Sumenep, 26 Januari 2024
Gelita Untuk Asa
Duhai sarwa dan bumantara
Menjerit riuh ombak menggelora
Atas nama Nirmala
Langit pun turut berduka
Wahai insan sang mahardika
Luka itu masih basah dan menganga
Bahkan amis darah pun masih menyeruak di sekitar pusara
Namun dengan keji kau cabik tanpa rasa bersalah
Atma yang membendung rintihan nestapa
Bersaksi bahwa asmaraloka adalah derma yang dibayar nyawa
Saat misteri menjadi tafsili
Saat kenopsia tak lagi bersuara
Untuk loyalitas bermakna fatamorgana
Puing tubuh memecah kasat mata
Sangkala akhirnya tiba,
Akupun sampai di ujung pengasingan
Sumenep, 26 Januari 2024
Penulis mahasiswi STKIP PGRI Sumenep yang bergelut di organisasi LPM Retorika sejak tahun 2022.