Oleh: Ach. Zainuddin
Fasilitas kampus STKIP PGRI Sumenep yang bagus menjadi impian semua mahasiswa, dosen juga pengelola. Bahkan tak jarang ketika ada tamu dari luar kampus, tempat bersantai dan berdiskusi pasti yang dicari adalah kantin. Jadi serasa malu akan menghantui tuan rumah ketika fasilitas kantin kampus masih belum layak untuk ditempati.
Di awal tulisan saya ini ingin menanyakan pada pembaca, siapa sih mahasiswa, dosen, ataupun pengelola yang tidak ingin kantin kampus memiliki fasilitas yang jauh lebih menarik bagus, elegan dari kampus lain?. Tentu jawaban pembaca sangat mendambakan fasilitas yang bagus dan sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
Kondisi fasilitas kantin
Saya ingin bercerita sejak saya masih mahasiswa baru (Maba) pada tahun 2021. Hari pertama masuk kampus pada saat mengikuti pelaksanaan PKKMB, saya mencoba melihat dengan seksama kondisi kampus yang dijuluki kampus Taneyan Lanjhang. Yah, banyak gedung yang menjulang sampai Lantai III dilengkapi dengan ruangan multimedia yang kadang suka mati saat digunakan.
Tidak sampai disitu, ada juga tempat untuk bersantai mahasiswa ketika beristirahat yakni kantin. Secara tempat masih belum bisa dikatakan layak karena memang secara fasilitas belum bisa menampung ratusan mahasiswa pada waktu itu. Saya hanya ingin menceritakan kondisi fasilitas yang masih minim dari kata kesempurnaan dan kepuasan mahasiswa.
Bahkan, lebih mirisnya lagi yang awal jajanan ataupun menu kantin yang tersedia saat itu banyak. Sedangkan pada tahun 2022 mulai berkurang dan tidak sedikit mahasiswa yang mengeluh. Oleh sebab itu mereka lebih memilih untuk bersantai pada waktu jam istirahat di luar kampus.
Kondisi kantin setiap tahunnya semakin menurun drastis, terbukti pada tahun 2024 mahasiswa baru mulai masuk kampus. Mereka ingin menikmati waktu istirahat di kantin. Namun sayangnya tempat duduk tidak bisa menampung banyaknya mahasiswa, bahkan menu makanan dan juga minuman yang disediakan disana masih terbatas. Sehingga mahasiswa baru banyak mengeluh.
Dari salah satu di antara mereka yang juga kebetulan kenal dengan saya menanyakan begini “kak kenapa kantin kampus kita terbatas dan masih jauh lebih keren di sekolah saya dulu,” lalu saya menjawab “yah, memang kondisinya kantin kampus seperti ini dari dulu dek, ini menjadi tugas mahasiswa untuk berani menyampaikan kritik yang membangun kepada pimpinan kampus, supaya segera diperbaiki. Karena kalau tidak kita yang peduli siapa lagi,”? lalu mahasiswa tersebut hanya menganggukkan kepalanya menandakan dia mengerti apa yang saya maksud.
Telisik dinamika yang terjadi
Selama kurang lebih 3 tahun kaki mengenyam pendidikan di kampus ini, Saya sering bertemu dengan pimpinan dosen pengelola, dan juga alumni. Sewaktu santai saya berdiskusi dengan mereka tentang kampus, tak lepas juga kondisi kantin dari awal kampus berdiri sampai sekarang, banyak cerita perjalanan kantin kampus dengan berbagai macam dinamikanya.
Hal yang paling menarik dari hasil diskusi saya ternyata kantin yang dimiliki oleh Mbak Min dan Pak Hasyim itu tidak pernah ada kontribusinya terhadap kampus berupa uang dan sebagainya. Tapi kenapa ya sampai sekarang masih minim fasilitas dan pelayanan jauh dari kata baik?.
Perlu di ketahui juga, memang dulu pada tahun 2021 terdapat banyak aneka makanan dan minuman yang bervariatif, yang tidak hanya dijual oleh mbak min saja. Akan tetapi salah satu pimpinan dan pengelola juga berjualan disana. Namun entah mengapa fasilitas tersebut tidak bertahan lama. Sehingga menjadi pertanyaan besar di pundak mahasiswa.
Usut punya usut setelah saya berdiskusi ada sesuatu yang sulit diungkapkan oleh para pimpinan dosen pengelola yang mempunyai stand di kantin.
Bahkan ironisnya lagi setiap ada persaingan menu makanan yang tidak dijual oleh kantin barokah (Mbak Min) dia langsung menyediakan juga menu yang sama yang bertujuan tidak mau kalah saing.
Selain itu, para karyawan kantin yang dimiliki oleh pimpinan dan pengelola tersebut sering mendapatkan prilaku yang kurang baik. Mulai dari saluran air yang sering dimatikan sebelum kelar semua pekerjaan. Bahkan yang paling buat kepala saya tergeleng-geleng ketika malam hari para pekerja saat membersihkan ruangan kantin yang tengah itu sering mendapatkan kejadian aneh.
Seperti mendengar bau yang tak sedap, berupa bau kotoran manusia tapi anehnya pas dicari wujudnya tidak nampak diruangan tersebut. Atas beberapa kejadian tersebut banyak karyawan yang tidak bertahan lama mereka lebih memilih mundur.
Sehingga pada akhirnya beberapa stand yang sediakan oleh pimpinan juga pengelola dengan terpaksa gulung tikar dan tidak berjualan lagi sampai saat ini. Bagi saya pribadi sebagai mahasiswa yang cinta terhadap kampus melihat kondisi seperti ini saya tidak akan tinggal diam.
Kampus harus bertanggung jawab
Saya akan tetap bersuara melalui kritik yang membangun. Sehingga bisa membuat kampus yang saya cintai semakin berkembang dan berkemajuan.Seharusnya pihak kampus tidak tutup mata melihat kondisi fasilitas kampus yang masih jauh dari kata sempurna ini.
Oleh karena itu, penting kiranya PPLP dan juga pimpinan merumuskan Kebijakan yang mampu memajukan kampus sesuai dengan tagline “Maju Berkembang dengan Kualitas” jadi tagline tersebut tidak hanya sekadar menjadi slogan belaka. Namun ada hasil dan bukti nyata dari Kebijakan yang tidak hanya selesai di meja rapat saja. Namun dibuktikan kepada para mahasiswa berupa fasilitas yang semakin baik.
Salam literasi, selamat membaca.
*Penulis mempunyai nama pena Udin ia merupakan mahasiswa yang melawan rasa malas dan memaksakan diri untuk terus menulis. Karena menurutnya dengan menulis ia akan hidup selamanya.