MEDIARETORIKA.com – Tahapan pemilihan Ketua STKIP PGRI Sumenep tidak ada debat kandidat. Pernyataan demikian, disampaikan langsung oleh Ketua Panitia Pemilihan Lilis Mariyatul Fitriyah.
Menurutnya, tahapan pemilihan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini adalah penyampaian visi misi. Sekaligus, juga fit and proper test bagi calon ketua. Pasalnya, hal demikian bertujuan untuk mengetahui kapasitas dan kualitas kandidat.
Pada dasarnya, teknis tahapan tersebut hampir sama dengan debat kandidat. Yakni, terdapat pertanyaan dari panelis yang harus dijawab oleh para kandidat ketua. Kemudian, jawaban yang disampaikan oleh para kandidat akan diberi scoring alias penilaian.
“Ketika sudah selesai visi misi, langsung tanya jawab atau fit and proper test calon ketua,” ungkapnya (07/11/22).
Lilis menerangkan, bahwa dilakukannya teknis serupa supaya objektivitas proses tahapan dapat berjalan maksimal. Sehingga, tidak terkesan mengunggulkan salah satu calon.
“Saya bisa menjamin. Karena saya tidak condong ke kanan atau ke kiri,” tambahnya.
Keterangan lain, juga disampaikan Ketua Senat Mohammad Suhaidi melalui Sekretaris Senat Mulyadi. Kata dia, dalam tahapan kali ini ada dua bagian penting. Pertama, penyampaian visi misi serta rencana program yang akan dilaksanakan kandidat jika terpilih. Kemudian, sesi tanya jawab dari panelis.
“Polanya sama seperti dulu yang biasa kita pakai. Cuma yang berubah penyampaian visi misi masuk agenda senat terbuka,” ucapnya.
Menurutnya, proses tanya jawab tersebut bertujuan untuk memastikan kapasitas dan kelayakan kedua calon. Meskipun, hal itu bukan acuan satu-satunya dalam menentukan Ketua STKIP PGRI Sumenep.
“Nanti, senat dan PPLP yang akan memberi penilaian kepada masing-masing calon,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua BEM STKIP PGRI Sumenep Ainur Romli mengatakan bahwa tahapan fit and proper test dalam pemilihan ketua kampus ini dinilai kurang masuk akal. Pasalnya, hal demikian terkesan seperti perlombaan.
Karena, pada umumnya pertanyaan yang diajukan oleh panelis kepada para kandidat, tidak perlu diberi penilaian. Melainkan, hanya untuk mengetahui lebih dalam arah rencana program yang akan diusung oleh kandidat jika dia terpilih.
“Saya rasa konsep tahapan ini perlu dipertimbangkan ulang sebelum dilaksanakan. Sebab, sangat lucu jika dua kandidat harus diberi penilaian. Nanti akan terkesan seperti lomba cerdas cermat,” pungkasnya.
Reporter: Iqbal/Naila
Editor : Rofi