Kritisisme Mahasiswa Untuk Kemajuan Kampus, Benarkah?

0
591
Abd Halim, Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep

Oleh: Abd Halim

Mahasiswa sebagai kaum akademis mempunyai peran penting dalam mengidentifikasi dan mengkritisi aspek yang menjadi penghambat terhadap kemajuan perguruan tinggi. Sebab, mahasiswa terlibat langsung dalam kehidupan kampus.

Sementara pertanyaan esensial yang muncul, sejauh mana kritisisme mahasiswa yang diperlukan untuk mendorong kemajuan kampus?.

Menurut pendapat Ennis, berfikir kritis adalah berfikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan dilakukan.

Sementara menurut Wijaya C (2010), berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkannya ke arah lebih sempurna.

Kritisisme mahasiswa berperan sebagai mekanisme umpan balik. Baik dalam mengidentifikasi kelemahan dan tantangan yang mungkin tidak terdeteksi oleh pihak administrasi kampus. Karena saat ini, administrasi kampus mulai tidak baik dan bahkan bobrok di dalam paradigma mahasiswa yang mempunyai sudut pandangnya yang unik dan pengalaman langsung.

Sehingga dapat memberikan perspektif yang berharga terkait kurikulum, metode pengajaran, dosen yang profesional, dan berkualitas. Supaya kampus dapat berkemauan dan mempunyai daya saing yang pesat dengan memperbaiki administrasi yang baik dan akademik yang sesuai dengan harapan mahasiswa.

Selanjutnya, kritik mahasiswa bisa fokus pada kebijakan kampus, apalagi sekarang kurikulum menjadi elemen krusial dalam pengembangan kampus. Mahasiswa memiliki hak untuk menilai relevansi dan aktualitas materi pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa hari ini tidak perlu di jadikan acuan dalam pendidikan di perguruan tinggi.

Oleh sebab itu, kampus harus memastikan bahwa kurikulum mencerminkan perkembangan terkini di berbagai bidang. Melalui kritik ini, kampus dapat menyesuaikan kurikulumnya agar tetap relevan dan responsif terhadap zaman.

Namun, Kondisi mahasiswa hari ini kurang kritis dan bahkan takut menyampaikan gagasannya kepada publik, demi perubahan sebuah institusi pendidikan tinggi, mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama. Hal ini kemudian yang menjadikan gerakan mahasiswa mati.

Selain itu, kritisisme terhadap infrastruktur dan fasilitas kampus juga merupakan indikator penting untuk kemajuan. Mahasiswa yang menghadapi kendala dalam akses ke perpustakaan, laboratorium, atau sarana olahraga, dapat menyuarakan perlunya perbaikan dan pengembangan. Kritik semacam ini memicu pembaruan infrastruktur untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif.

Namun, perlu diingat bahwa kritik mahasiswa seharusnya bukan semata-mata untuk mengkritik, tetapi lebih kepada upaya konstruktif menuju perbaikan. Oleh karena itu, mahasiswa juga diharapkan memberikan solusi atau rekomendasi yang mendukung perbaikan yang diinginkan.

kesimpulannya, kritik mahasiswa bukanlah hambatan, melainkan pendorong kemajuan kampus. Dengan memandang kritik sebagai alat evaluasi yang positif, kampus dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis, dan menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia dengan mengikuti poros perkembangan zaman.

*Halim adalah mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi kampus, di antaranya UKM Karomah, tidak hanya itu ia juga aktif di organ taktis Garda Raya.

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here