Oleh: Radatulyni
Senin siang, di lantai 3 gedung kampus.
“Dimana ya kak?” Tanya Risa di whatsapp pribadinya yang sedang kebingungan ingin menemui Ghava. Memanglah wajar Risa seorang mahasiswa baru yang belum menguasai betul lingkungan kampus.
“Aku ada di lantai 3 dek depan ruang lab gedung yang menghadap kearah selatan”. Jawab Ghava, Risa menolah-noleh lantai mana yang Ghava maksud, sejenak ia menghentikan langkah kakinya, berusaha bertanya pada salah satu mahasiswa perempuan yang kebetulan berjalan ke arahnya.
“Kak permisi” Risa memotong arah jalan mahasiswa itu yang sedang asik memainkan ponselnya.
“Eh iya kak, kenapa ya?” Mahasiswa itu terpental mundur ke belakang dengan munculnya Risa dihadapannya.
“Maaf kak saya mau nanya, gedung ruang lab di lantai 3 yang menghadap kearah selatan itu dimana ya kak?” Risa menjelaskan pertanyaannya dengan melihat chat yang Ghava kirim pada Whatsapp pribadinya.
“Oalah kakaknya pasti Maba ya” Tanya mahasiswa itu dengan cengiran manisnya.
“Hehehe iya kak, maka dari itu saya bingung kak dak tau tempatnya dimana” Risa rasa memang benar apa yang dikatakan mahasiswa itu, Risa tak perlu menjelaskannya lagi bahwa ia seorang mahasiswa baru karna sudah bisa dilihat dari tampangnya saat bertanya gedung kampus pada mahasiswa itu ”
“iya kak haha tempatnya di sana tuh, ruang labnya itu di paling atas pojok kiri” jawab mahasiswa itu sambil melonjorkan ibu jarinya.
“Oh di sana ya kak” Untuk meyakinkan kembali Risa bertanya dengan menunjukkan pandangan dan ibu jarinya pada gedung yang ia maksud.
“iya kak bener”
“Huh ternyata disitu, makasih ya kak” Risa menghela nafas karna seseorang sudah membantu Risa untuk tidak bertanya lagi pada Ghava yang mungkin nanti akan lebih merepotkannya jika harus menjemput Risa yang kebingungan demi menemui Ghava.
“iya kak sama-sama”. Senyuman di balas senyuman, Risa bergegas menemui Ghava.
Ditengah perjalanan Risa melihat Ainun teman sebangkunya yang sedang duduk sendirian di depan kelas menunggu teman kamar kost nya yang belum selesai jam mata kuliah. Risa hendak naik tangga namun tidak jadi karna ingin menghampiri Ainun.
“Eh Nun, kamu ada disini kok belum pulang” Risa menghampiri Ainun dengan menepuk bahu Ainun
“Iya nih Sa aku masih nungguin temen” dalam hati Risa merasa bersyukur bertemu Ainun karna Risa bisa mengajak Ainun untuk menemaninya menemui Ghava namun disisi lain Risa merasa kasihan karena melihat wajah Ainun yang sudah pucat tak bersemangat.
“Ohh gitu, kira-kira temennya masih lama dak keluar kelas”
“Katanya sih masih 2 jaman lagi, aku yang mau pulang duluan tapi kunci kamar ada di temenku itu” Wajah melas Ainun yang berharap Risa akan menemaninya duduk di sebelahnya agar Ainun tidak merasa gabut karna akan lama menunggu temannya.
“Oalah masih lama itu, mending ikut aku aja yuk ke lantai 3, daripada sendirian disini, yuk yuk” Tarikan tangan Risa pada Ainun yang hendak melanjutkan perjalanannya.
“Heum iya sih, aku dari tadi sendirian, garing gak ada temennya”
“Yauda ayuk-yuk aku juga dak ada temennya mau naik ke atas takut soalnya, baru pertama kali ke lantai 3 hehe” Niat baik Risa mengajak Ainun tidak jahat juga, ia hanya ingin ditemani agar Risa tidak merasa canggung dan tidak merasa malu saat mengobrol dengan Ghava.
“Yuk gas, emangnya kamu mau ngapain keatas” Wajah Ainun yang ceria karena Risa tiba-tiba datang di waktu yang kebetulan Ainun sedang sendirian.
Ainun sangat suka dengan pemandangan di lantai 3, dengan vibes yang bagus dan bisa menenangkan pikiran Ainun.
Mereka menuju ke lantai 3, Ainun terus mengikuti arah Risa meski ia sendiri tidak tahu tujuan Risa mengajak dirinya ke lantai 3, dan Risa pun memang sengaja tidak memberi tahunya mengapa Risa mengajaknya, karna Risa sudah tahu Ainun tidak akan mau jika diajak untuk menemui Ghava, seorang mahasiswa aktif semester 6 adalah kakak tingkat mereka berdua. Yang sebelumnya, mereka belum tau bagaimana paras wajahnya. Itulah kelemahan Ainun yang sangat private dengan dirinya sendiri, ia tidak ingin orang lain selain orang terdekatnya yang mengetahui lebih dalam mengenai dirinya. Jika dirinya tau Risa mengajaknya ingin menemui Ghava di dalam pikiran Ainun berkecamuk ia pasti akan disuguhkan dengan beberapa pertanyaaan yang berhasil mengganggu ketenangan jiwa Ainun.
“Udah ikut aja nanti kamu juga tahu” Risa menjawabnya dengan candaan agar Ainun tidak terlalu kepo dengan tujuan Risa. Sesampainya di lantai 3 Risa melihatkan pandangannya pada beberapa ruangan yang ada di lantai 3
“Ini lantai 3 kan Nun” Tanya Risa, Ainun melirik Risa lama, Ainun memang sudah mengerti dengan kepolosan Risa yang belum tahu semua gedung kampus, tapi Ainun bersikap wajar, karna sebelumnya Risa tidak mengikuti kegiatan Ospek, dimana pada saat Ospek semua mahasiswa baru ditekan untuk mengetahui gedung kampus ketika ditekan untuk melengkapi tandatangan kepada pengurus ormawa yang menyebar di semua gedung kampus.
“Iya disini lantai 3, emangnya kenapa?” Ainun mengangguk dengan melihat ruangan disekitarnya
“Whatt, kamu tau?” Risa melotot keheranan pada Ainun.
“Lo iya dong sa, aku kan pas Ospek disuruh kesini, biasalah berburu tandatangan, oiya kamu dak tau ya haha?” Ainun tertawa menunjuk Risa yang melihat Ainun dengan mata sinisnya.
“Ndak tuh maksudnya, kalo kamu tau aku dak akan repot-repot nanya ke mahasiswa tadi” Risa menegaskan dengan nada bicara yang pelan
“Ya mana aku tau kalo kamu mau kesini, emangnya mau ngapain sih kesini” Risa yang masih kekeh tidak akan memberitahu Ainun sebelum Risa bertemu langsung dengan Ghava.
“Aku ada urusan nun biar da kamu temenin aku aja, oke” Risa tak berhenti melihat ruangan disekitar lantai 3
“Heum oke dah sa” Wajah pasrah Ainun yang ikhlas dengan semua apa yang dikatakan Risa.
“Ruangan paling atas pojok kiri berarti itu, eh ada 2 cowok tuh. Heum apa mungkin itu kak Ghava ya” Gumam Risa yang beranjak menghampiri Ghava dan Izam (teman se kelas Ghava) yang tengah asik mengobrol di depan ruang lab. Risa belum pernah bertemu sebelumnya dengan Ghava, Risa merasa kesusahan Ketika akan bertemu dengan Ghava. Setelah berada 3 meter jarak antara mereka berdua dengan Ghava dan Izam, Risa sempat berbincang dengan Ainun.
“Nun, itu ruangan yang didepannya ada 2 cowok, itu ruang lab kan?” Tanya Risa tanpa menoleh hanya mengelakkan matanya agar Ghava dan Izam tidak merasa salah paham karna jarak antara mereka berdua sangat dekat.
“Iya sa, itu ruang lab, emangnya kenapa sih, kamu mau kesana?” Ainun mengangkat alisnya dengan penasaran.
“Eh beneran itu ruang lab Nun, mungkin itu yaaaa” Risa melotot dan menutup mulutnya.
“Ih siapa si Nun, itu 2 cowok itu?” Ainun sadar, Ghava dan Izam sedang melihat mereka berdua karna di gebarkan oleh suara Risa yang terdengar oleh Ghava dan Izam sehingga Ainun mengecilkan bentuk mulutnya dengan berbisik pada Risa bahwa Ghava dan Izam sadar dengan kehadiran mereka.
“Eh syut, mereka ngeh gak si? Suaraku nyaring banget ya?”. Risa melotot malu pada Ainun takutnya Ghava dan Izam terganggu dengan kehadiran mereka.
“Makanya punya suara jangan di tinggi’in volumenya, jadinya mereka ngeh tuh ke kita” Ainun membalikkan tubuh Risa agar bisa membelakangi mereka berdua dan mengalihkan pandangannya.
“Ish namanya juga orang red flag Nun”
“Jadi ini gimana? Kita mau kemana? Kalo terus disini aku dak enak sama 2 cowok itu Sa terlanjur tahu kita disini” Ainun menoleh kearah Ghava dan Izam yang tak melihat mereka lagi.
“Bentar dulu, bentar aja ya, aku mau telepon dulu” Risa menghubungi Ghava lewat ponselnya, untungnya Ghava cepat mengangkat telfon dari Risa.
“Eh kak, kamu ada di sebelah mana ya? Aku udah di depan ruang lab nih”.
“Sek dek kamu beneran sudah ada di depan ruang lab?” Ghava melihat daerah disekitarnya tidak ada perempuan lagi kecuali 2 perempuan di sebelah kanannya.
“Iya kak, aku udah ada di depan ruang lab” Jawab Risa dengan menoleh ke ruang lab dan mengalihkan pandangannya pada Ghava dan Izam.
“Coba kamu noleh deh dek, terus kamu panggil aku “kak” tapi jangan dimatiin telfonnya,” Ghava rasa tak mungkin salah orang, 2 perempuan itu salah satunya memanglah Risa
“Oiya kak siap, “kak”,” Risa membalikkan tubuhnya dengan menghadap ruang lab sembari melambaikan tangan kanannya pada ruangan itu, Ghava membalas lambaian tangannya, Risa pun menyadari bahwa laki-laki yang juga melambaikan tangannya itu adalah Ghava.
“Ini aku dek” Ghava menggerakkan tangannya ke depan dan ke belakang seakan mengisyaratkan Risa untuk mendekat pada posisi Ghava.
“Oalah itu kamu kak” Risa berpura-pura percaya diri karna 2 laki-laki yang pernah dirasankan Risa dan Ainun itu ternyata Ghava dan Izam.
“Iya dek sini gih, merapat-merapat” Ghava mengangguk hingga memindahkan kursi agar Risa dan Ainun duduk di depannya.
“Ayuk nun, kita kesana. Eh iya…hehehe ini loh maksudku” Risa berbisik pada Ainun dengan merangkul bahunya agar Ainun mau berjalan mengikuti Risa.
“Hemmmmm Sa Sa, bagus sih kamu dak ngasih tau aku dulu. Kalo kamu kasih tau kan aku nanti gak bakalan mau diajak kamu dan terus sendirian di sana” Ainun tersenyum sinis pada Risa.
“Iya tenang aja, satu kali ini aja kok ya” Risa menepuk bahu Ainun dengan tersenyum jail pada Ainun, Risa berada tepat di depan Ghava dan enggan menarik kursi yang jaraknya dekat sekali dengan kursi yang Ghava duduki.
“Nah duduk sini dek” Ghava memindahkan kursi yang akan diduduki Risa dan Ainun agar mereka bisa duduk dengan nyaman.
“Hehehe iya kak, makasih” Risa duduk pada kursi yang sudah disiapkan oleh Ghava, Risa merasa tegang dan malu-malu kucing saat berhadapan langsung dengan Ghava.
“Oiya gimana kak” Risa memberanikan diri memulai topik pembicaraan agar pandangan Ghava tidak selalu fokus pada Risa.
“Ya gimana dek” Ghava melebarkan senyumannya dengan bibir terbuka. Risa termenung lama menatap Ghava dan bergumam dalam hatinya berkata “Masyaallah anak siapa ini eeeh kok manis sekali, ini ceritanya aku diajak ketemu sama pangeran hiks hiks hiks”.
“Aku tadi kebingungan loh kak yang mau otw kesini, soalnya kan aku gak pernah kesini sebelumnya, untung aja tadi aku nanya sama mahasiswa yang aku dak kenal, dan selebihnya temenku ini yang ngasih tau. Apalagi yaa kita kan dak pernah ketemu sama sekali makanya tadi aku bingung langsung nelpon kamu kak” Risa menyambung topik untuk mengalihkan ketidaksadarannya sudah lumayan lama menatap Ghava
“Hehe iya dek maaf ya, harusnya aku yang turun dan ajak kamu keatas, tapi aku emang sengaja biar kamu juga lebih tau sendiri tanpa aku tuntun”
“Iya tapi Aku kan ngeliat juga kak dan bisa ingat tempatnya dimana semisal kakak ngajak aku kesini”
“Haha iya deh dek ya udah maaf ya”
“Okelah kak dak jadi masalah yang penting sudah sampai kesini, eh iya btw kenapa kakak kok nyuruh aku kesini?”
“Ya gini dek, aku mau ajak kamu ke beberapa organisasi kampus, tapi sekarang aku mau nanya ke kamu, kamu udah ikut organisasi kampus apa aja?
“Belum gabung sama sekali si kak, aku aja belum tau organisasi kampus apa aja”
“Oalah kok bisa gitu, pas Ospek kan udah sosialisasi dari masing-masing Ormawa dek masa kamu belum tau salah satunya” Ghava mengernyit keheranan
“Iya kak paham, jadi gini kak, aku belum ikut Ospek jadinya aku dak belum tau organisasi kampus itu apa aja”
“loh kok bisa gitu dek, kenapa dak ikut?”
“Aku lambat pendaftarannya kak”
“Owh gitu ya, jadi. Organisasi kampus itu banyak, nah itu tugasmu sekarang searching ke beberapa temenmu yang udah ikut Ospek dan kamu juga harus memahami satu persatu. Karna nanti kamu bener-bener mau berproses di organisasi itu sendiri, kalo aku sendiri ikut 2 UKM, UKM desain dan UKM kerohanian. Sekarang giliran kamu yang milih sendiri ya, jangan sampai ada unsur paksaan dari orang lain. Karna jika nanti kamu dipaksa atau diajak sama kating atau temenmu sendiri, kamu sendiri harus bener-bener paham. Kalo kamu ikut organisasi harus murni hasil pengetahuan dan keputusan dari dirimu sendiri”
“Aku bingung kak, mau pilih yang mana. tapi aku coba cari tau lah ya ke temen-temen kelas”. Lagi-lagi Risa terpikat dengan cara bicara Ghava yang lembut dan halus seakan menyentuh hatinya yang sedari lama sudah tertutup gedung 1000 lapis.
“Harus cepat dek, mumpung sekarang masih anget-angetnya kamu di kampus, apalagi kalo mahasiswa beasiswa pasti sudah memburu organisasi kampus, yaa kebanyakan mahasiswa gabung organisasi kampus hanya untuk melengkapi beasiswa, tapi btw kamu beasiswa tah?”
“Iya kak, aku beasiswa tahap terakhir loh. Untungnya masih ada kesempatan dapat beasiswa”
“Uwih tapi udah keterima? Udah dilengkapi berbagai persyaratannya?”
“Hehehe alhamdulillah iyaa kak udah keterima”
“Udah tau kan ketentuannya apa aja supaya beasiswa itu gak hangus?”
“Yang aku tau ya kak, nilai IPK itu tidak boleh turun dari 0,3. Wajib mengikuti UKM maksimal 1 Organisasi kampus, tidak boleh kawin dulu, dan harus lulus tepat waktu” Jawab Risa menghitung dengan jarinya.
“Kenapa dek?. Lulus tepat waktu?” Ghava menatap Risa dengan alis terangkat.
“Iya kak, harus lulus tepat waktu. Aku pernah baca kok ada artikelnya.” Risa dengan percaya diri menjawab pertanyaan Ghava, Risa tidak panik dengan jawabannya sendiri karena Risa pikir itulah informasi yang sebenarnya.
“Masa siii, sini liat kalo ada” Ghava menahan tawa melihat Risa kebingungan mencari file yang belum ia temukan di ponselnya.
“Nih, kakak kira aku bohong? Aku gak mungkin bilang itu kalo aku dak pernah baca sebelumnya”. Risa memberikan ponsel miliknya kepada Ghava
“Ehhe” Ghava meraih ponsel Risa, berpura-pura membaca file yang ditunjukkan Risa.
“Gimana kak, lama banget bacanya orang aku nyurunya baca satu point aja jangan dibaca semua” Risa mengernyit, khawatir Ghava mengecek isi ponsel Risa.
“Aku ini lagi baca dek jangan diganggu dulu, sabar, sabar, gak sabaran banget jadi cewek” Ghava meledek melirik Risa dengan wajah cengengesan.
“Astagfirullah namanya juga manusia, bukan karna aku cewek kak” Risa tak habis pikir dengan sifat Ghava yang aneh. Perasaan Risa yang harus bersikap biasa saja namun Risa merasa ada permainan yang sedang Ghava mainkan dibalik lamanya memegang ponsel Risa.
“Nih dek” Ghava mengembalikan ponsel milik Risa dengan ejekan senyumnya.
“Heum okelah kak, gimana bener kan apa yang aku bilang?”
“Eeeeeee iya deh bener tadi aku udah baca juga kok, emang bener apa yang kamu bilang” Ghava mengangguk. mengalihkan bola matanya ke kanan dan ke kiri seperti orang polos yang baru saja mengakui kesalahannya.
“dibilangin ngeyel sih” Risa mengerutkan dahinya dan menutup mulutnya yang sedang tertawa melihat Ghava pura-pura bertingkah polos.
Radatulyni biasa dipanggil ir, Seorang mahasiswa aktif STKIP PGRI Sumenep Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia semester II. lahir di daerah pulau terpencil yang cukup jauh dari pusat kota Kabupaten Sumenep pada 10 Februari 2006, Hobi nyengir, ngemil, dan minum air es. Tiga hal itu dominan diantara yang lain.