MY WAY

0
340
Gambar ilustrasi sumber: foto Tirto id

Oleh, Iradatul Aini

Siapa sangka tidurku sudah menjadi rencana baik dari takdir._

_ _ _

“Drettt…drettt…dret…drett…” Getaran ponsel yang sengaja aku diamkan agar tidak mengganggu tidur siangku. walaupun begitu, aku kerap kali terbangun karna jarak yang bedekatan antara ponsel dengan telingaku.

“Halo Assalamualaikum” Terdengar suara laki-laki asing sekaligus dengan nomor baru yang belum pernah aku ketahui.

“Iya waalaikumsalam, siapa ya?” Suara khas serakku dengan mata yang masih terpejam.

“Baik, mohon maaf sebelumnya jika saya mengganggu waktu Anda, kami dari pihak Universitas Airlangga ingin memberikan informasi bahwa Anda sudah menyelesaikan tes seleksi ujian yang diselenggarakan pada hari kamis 20 Juli kemarin, saya bertugas untuk menyampaikan bahwa Anda dinyatakan Lolos, dimohon untuk segera melengkapi berkas registrasi ulang ke bagian kemahasiswaan. Selengkapnya saya akan menghubungi Anda langsung melalui WhatsApp pribadi Anda”

Aku mendengarnya dengan kombinasi perasaan antara senang dan sedih. Aku ingin teriak dengan berlompat-lompat diatas kasur spring-bath yang akan kembali mementalkan tubuhku hingga melayang menembus langit-langit kamarku.

“Oiya pak, terimakasih banyak atas pemberitahuannya” Suaraku kembali manis dengan mata yang hampir saja meluap karna melotot dan bisa dipastikan nanti aku akan menyipit dengan rasa haru.

“Baik, sama-sama. Sukses ya. Tut tut tut” Panggilan berakhir, kembali aku menatap diriku pada cermin yang menyatu dengan ranjang, cermin yang selalu menyaksikan kekeliruanku saat beberapa kali mengulang kalimat pada setiap lika-liku hidupku, aku percaya benda itu bisa mengkoreksi diriku sendiri dengan menunjukkan wajahku pada pantulannya.

“Aaaa!!!! masyaallah tabarakallah, mimpi apa aku semalam.” Aku menutup mulut dan tak sadar air mata sudah menggenang di kelopak mataku.

Aku ingin sekali berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman dekatku. Hal yang aku suka saat sering kali memberikan kabar baik pada mereka, ucapan dan do’a mereka seakan menjadi jimat handal yang aku pegang sehingga membuat candu untuk terus memberikan kabar baik dari hasil pencapaianku sendiri.

Aku melihat Ibu dan Bapakku sedang bercengkrama menonton TV di ruang tamu, ini adalah waktu yang tepat memberi tahu mereka. Aku berusaha untuk tidak meneteskan air mataku saat hendak berjalan ke arah mereka.

“Pak, Bu” Panggilan lembut diselingi dengan wajah haruku pada mereka.

“Iya Nak” Saut Ibu dengan spontan melihat ke arahku

“Loh kenapa sedih begitu mukanya sayang” Aku memang pantas jika menjuluki Bapakku sendiri adalah laki-laki paling peka di dunia ini, karna dengan melihat wajahku yang murung dan cemberut saja Bapak langsung mendekap tubuhku.

“Sini-sini cerita sama Ibu dan Bapak” Ibu menarik lembut lenganku, menyuruhku untuk duduk di tengah-tengah mereka.

“Nah, kenapa cantik. Mukanya datar-datar aja dan Ibu liat matanya juga merah, kamu habis nangis ya. Kenapa sayang, Ada masalah ya?” Tanya Ibuku dengan mengelus-elus kepalaku.

“Jadi gini Pak, Bu. Aku ada kabar baik untuk kalian” aku mulai mencari bukti hasil pencapainku dengan memperlihatkannya pada mereka.

“Masyaallah Nak, anak ibu hebat” Ibu mencium kedua pipi dan keningku.

“Widihhh Gadis Bapak keren banget!!” Bapak memeluk erat tubuhku, air mataku tak henti mengalir melihat mereka sangat Bahagia saat dapat kabar baik ini.

“Loh cantik kok nangis, harusnya bangga dong. Anak Ibu udah mau kuliah dengan usahanya sendiri” Ibu lagi-lagi mendekap erat tubuhku, akupun tak kuasa menahan tangis.

“Udah cinta, dak cantik ah kalo mukanya gitu, udah yang penting sekarang anak Bapak dan Ibu harus tetap semangat. Buktikan anak yang cantik ini mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Dan bisa menikmati kebaikan hidupnya atas dasar jerih payahnya sendiri.” Bapak dengan lihainya mengusap air mataku

Kedua orangtuaku adalah sumber semangat hidupku, melihat senyuman mereka duniaku rasanya baik-baik saja. Apapun jika orang tuaku mengatakan aman, bagaimana mungkin aku tidak bisa percaya dengan manusia yang sudah menjamin kehidupanku dari sejak pertama aku merasakan hangatnya dunia dengan sentuhan lembutnya tangan mereka.

***

Aku ingin mengabari Jannah, Mira, dan Putri. Mereka adalah teman yang selalu mendukung setiap target pencapaianku, selalu membantu setiap apa yang aku butuhkan, dan selalu mengerti keadaan saat aku sedang Swing Mood. Suatu pagi aku melihat Putri dan Jannah sedang duduk santai di depan ruang kelas, aku tak melihat Mira disana. Tak perlu dicari ataupun dikhawatirkan jika Mira tidak ada saat waktu pagi sebelum perlajaran dimulai, dengan kebiasaannya yang selalu terlambat, namun jarang terlihat Mira berdiri di kantor bersama mafia sekolah yang sembari mengangkat kaki kanannya dengan kedua tangan diseling menjepit kedua telinganya. Itulah keahlian Mira, bukan keahlian, lebih tepatnya perlindungan dari seorang pangeran kepada tuan putrinya, Mira sangatlah beruntung memiliki Fadil di hidupnya. Fadil adalah ketua Osis yang pada saat itu bertugas menjaga pintu gerbang dari setengah jam sebelum waktu gerbang ditutup Fadil bersama temannya sudah stay, berdiri di bagian dalam pintu gerbang. Mira selalu memanfaatkan kesempatan kebucinannya dengan Fadil setiap pada saat Mira telat jam sekolah. Mira selalu lolos dari terkaman Pak Sukarsono Guru BK. Aku sebagai Sahabat Mira turut bersyukur karna Mira berhasil terhindar dari hukuman membersihkan seluruh kamar mandi di sekolah yang biasanya setelah istirahat baru selesai membersihkannya, maka dari itu aku tidak mau jika ketiga sahabatku tidak mendengar bersama kabar baik yang akan aku tunjukkan kepada mereka.

“Loh kamu baru datang Mir” Aku spontan melihat Mira yang tidak jelas munculnya darimana

“Syut, jangan urusin aku. Aku mah gampang” Mira membuka jaketnya dan duduk disebelahku.

“Hadeh cewek aneh, kebiasaanmu itu deh” Aku greget dengan sikap Mira yang tak disiplin dengan waktu, mau bagaimana pun dia tetaplah sahabatku. Di balik keanehannya terdapat jiwa kesetiaan dalam persahabatan.

Setalah jam pelajaran selesai hingga tiba waktu istirahat aku dan ketiga sahabatku merencanakan event dunia perjajanan, langkah pertama kita keluar dari kelas, dimulai juga sesi pertanyaan; kita mau jajan di warung apa nih?, mau jajan apa ya?, jajan yang enak kecuali chimol apa lagi ya? Aku harus memutuskan tempat dan jajanan yang cocok untuk aku memberi tahu mereka, aku pikir es teh dengan gorengan sesuai jika dimakan pada waktu ngobrol santai, enak dan tidak terlalu ribet.

“Ayo disana aja dah, banyak omong banget kalian ah. Sini ikut aku” Aku menarik tangan ketiga sahabatku yang hendak mengikuti arah jalanku.

“Emang boleh se set sat set gini” Saut Mira yang tidak suka jika diajak buru-buru, karna ia masih ingin melihat Fadil dengan sangat lama.

“Disini ya teman-temanku yang cantik dan manis, udah gak usah banyak protes, tadi ada yang nanya kan. Makana apa yang enak kecuacli Chimol, ya salah satunya ini. Sini-sini duduk” Aku tidak merencanakan ini sebelumnya, mengajak mereka duduk di tanah merah beralaskan tikar yang kebetulan tadi malam baru saja hujan turun.

“Heum yauda deh aku nurut aja, kapan lagi kita kayak gini” Jannah dengan wajah pasrahnya.

“Iya ya tahun ini kita udah lulus” Jawab Putri selalu tersenyum dengan menampakkan giginya.

“Iyauda da kita pesen langsung” Mira beranjak ke gerobak Abang-abang untuk memesan gorengan untuk kita makan bersama.

“Heum guys” Aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahu mereka, walaupun masing-masing sudah sibuk dengan ponselnya, namun saat aku sapa mereka. Mereka langsung menghadapkan pandangannya padauk.

“Em iya kenapa?” Tanya putri

“Nih” Aku menaruh ponselku di tengah lingkaran kami, dan menunjukkan berkas bukti kelolosanku di website UNAIR

“Hah!!!!! Beneran?, Ra? Kamu Lolos? Mira melotot kegirangan

“Ini yang waktu itu kamu ceritain ke kita?” Tanya Jannah dengan mengangkat ponselku

“Aaaaaaa Rara kamu akhirnya Lolos juga, Aku bangga deh sama kamu” Putri memeluk tubuhku

“Iya Guys, Aku mau bilang terimakasih banyak ke kalian, ini juga berkat kalian aku jadi semangat terus, kalian juga yang memberikan sumber semangat buat aku. Aku malah lebih bangga punya sahabat yang always support keadaanku, segala rencanaku selagi itu baik. Sini-sini kita pelukan dulu, aaaa mau nangis. Apalagi bentar lagi kita mau lulus sekolah. Bisa gak ya kita masih ketemu, secara aku pasti sering di Surabaya” Kami saling memeluk dengan menangis berjemaah.

“Nanti kita masih bisa Video Call dan Calling-Calling kan” Putri memandangi kami satu persatu yang memastikan jawabannya setuju.

“Iya pastinya Guys, pokoknya do’a yang terbaik untuk kalian ya” Aku dengan kuatnya mengatakan seperti itu, padahal hati sudah tak kuat bila jauh dari mereka.

“Neng ini gorengannya, Es tehnya kebetulan udah habis, jadi air biasa gak apa-apa ya?” Abangnya memberikan 2 piring gorengan pada kami di waktu yang tepat. Disaat obrolan kami selesai gorengan yang masih hangat pun datang.

*Penulis iradatul Aini ia sedang berkuliah di Kampus STKIP PGRI Sumenep semester 2.

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here