Kesalahan Terbesar

0
677
Penulis: Fadila Annaila, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) STKIP PGRI Sumenep, Semester V

Oleh: Fadila Annaila

Semua di luar kendaliku Al…
Saat ini aku ingin sekali berandai-andai
Seandainya perasaan ini tidak tulus
Mungkin tidak akan sesakit ini
Seandainya harapanku tidak tinggi
Mungkin akan sangat mudah mengikhlaskan
Tapi saat ini yang aku tahu kenyataan tidak lagi memihakku
Seandainya…
Seandainya…
Seandainya…
Perlu kau tahu, kau telah berhasil membuatku tak berdaya.

Jika berbicara tentang hubungan yang sempurna siapa yang tidak ingin. Bahkan banyak orang yang memimpikan hubungan yang seperti itu, tapi tentunya semua kembali pada takdir, sebab kau tak akan pernah bisa meminta apapun yang kau inginkan, kau dambakan, jika takdir tidak berpihak kepadamu, ya, kamu akan merasa sakit setelah terombang-ambing kemudian seperti terbuang begitu saja, itulah kisahku, apa yang telah terjadi padaku tak lain adalah ketidakberdayaanku.

Berawal dari tahun 2020, kami bertemu di Instagram, aplikasi yang banyak digunakan dan diminati banyak orang, berkenalan dan kemudian menjadi dekat, dekat sekali, karena kami sudah saling memberi perhatian, mungkin bisa dikatakan bahwa dia sudah sedikit bergantung padaku, dan aku pun begitu. Hingga beberapa minggu kemudian perasaan itu tanpa aku sadari telah tinggal di relung hati paling dalam, aku nyaman. Banyak yang bilang bahwa cinta itu egois, ya saat itu aku mulai merasakan keegoisan, aku mulai berpikir kehilangan dia. Mungkin aku tidak akan pernah bisa, jadi apapun dan bagaimanapun situasinya, dia harus tetap seperti ini kepadaku, menyayangiku dan mencintaiku, meski saat kami belum menjalani sebuah hubungan, aku tidak peduli, dan aku hanya berencana.

Beberapa bulan kemudian, dia mulai jarang mengabariku, aku tetap sabar, sesuai rencanaku, apapun dan bagaimanapun situasinya aku akan tetap seperti ini, menjadi seseorang yang dia sayangi dan dia cintai, meski sebenarnya dalam melakukan hal itu, aku tidak menemukan diriku yang murni, ya demi mempertahankannya aku rela menjadi dan bersikap yang bukan aku.

Tapi rupanya takdir tak mau juga berpihak kepadaku, kenapa? apa aku tak pantas bahagia? dan memiliki hubungan yang sempurna? setelah memberi banyak perhatian yang tanpa disadari telah menyebabkan ribuan harapan melekat di ragaku, dia mulai menunjukkan gelagat aneh. Sejak saat itu aku sadar, jika mencintainya aku tak perlu bersikap egois, karena nanti akan menyakiti diriku sendiri.

Aku
Al… kamu tidak perlu berpura-pura lagi, aku tidak apa-apa walaupun kini kau sudah mencintai yang lain.

Aldo
Kamu kenapa sih, kenapa tiba-tiba ngomong gitu?

Aku
Karena sekarang aku sadar, kamu mencariku hanya ketika kamu butuh.

Aldo
Lena.. aku tak mengerti apa yang kamu bicarakan.

Aku
Aku tak memaksamu untuk mengerti, aku hanya ingin memberi tahu bahwa dari malam ini aku pergi, aku nyerah, maaf jika selama ini aku pernah bersikap agresif.

Aldo
Jika aku punya salah beri tahu aku Len.. biar aku jelasin, jangan tiba-tiba bersikap begini, aku bingung.

Aku
Cukup Al… aku hanya tidak ingin menyakiti diriku sendiri, berhenti berpura-pura, tidak, ini bukan sepenuhnya kesalahanmu, tapi juga merupakan kesalahanku, kamu tahu apa kesalahan terbesarku?.

Aldo
Len… kenapa sihh Len? ngomong dong jangan seperti ini.

Aku
Kesalahan terbesarku adalah memutuskan untuk mencintaimu dengan tulus.

Aldo
Len… Len…

Aku
Aku nyerah, aku pergi ya..

percakapan terakhirku dengannya di Whatsapp, sebelum memblokir nomor kontaknya, aku sempatkan untuk melihat postingan foto di statusnya, ia berpose bersama seorang gadis dan caption yang dia tampilkan adalah love.

Bahkan di hari aku memutuskan untuk menyerah, kau masih bisa menyakitiku dengan begitu mudah.

***

Tubuhku sudah menggigil setelah dari tadi aku memutuskan untuk berdiam diri di bawah derasnya rintik hujan, suara guntur yang bisanya menyeramkan berubah menjadi melodi yang seakan-akan mengejek ketidak berdayaanku.

Wahai pujangga…
Inikah yang kau sebut cinta
Yang katamu indah
Namun mengapa begitu menyiksaku…
Wahai pujangga…
Inikah yang kau sebut cinta
Yang katamu manis
Namun mengapa begitu terasa pahit
Wahai pujangga…
Inikah yang kau sebut cinta
Yang katanya bisa membuat melayang
Namun mengapa aku terkapar tak berdaya olehnya

About the story of Yuni.

*Penulis adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) STKIP PGRI Sumenep, Semester V.

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here