“Saya tidak pernah berniat menikahimu”
Syanum Rayne Farzanna, perempuan 20 tahun yang kini tengah menjadi istri sah dari Ervin Iqbal Prasetyo sang pemilik perusahaan Prasetyo grup. Perempuan bercadar itu menundukkan kepalanya mendengar perkataan Ervin sang suami, Syanum tersenyum miris di balik cadar yang menutupi sebagian wajahnya, dia terdiam cukup lama hingga ahirnya berkata,
“Saya sudah mengira hal ini” Ucap Syanum dengan menunjukkan kepalanya tanpa berani menatap wajah Ervin.
Syanum dan Ervin berada di satu kamar layaknya pasangan suami istri pada umumnya, mereka menikah tadi siang. Menjadi satu rumah dan tifak tinggal bersama kedua orang tuanya adalah pilihan Ervin. Syanum yang tidak punya siapa-siapa hanya menuruti kemauan suaminya. Selama 20 tahun ini, Syanum tinggal di panti asuhan tanpa tau seperti apa sebenarnya orang tuanya.
Ervin menatap Syanum yang duduk di atas ranjang yang sedang membuka Alquran, Ervin terus menatap perempuan bercadar di depannya.
“Khem!” Syanum berdeham merasa canggung karena merasa ada yang menatapnya
“Saya mau pernikahan ini bertahan satu bulan, setelah itu saya akan talak kamu”
Syanum memejamkam matanya mendengar perkataan Ervin, hatinya terasa nyeri. Nafasnya memburu menahan sesak, ini benar-benar menyakitkan. Lalu Syanum melanjutkan membaca Alquran tanpa berniat menanggapi ucapan Ervin.
Ervin bangkit dari sofa dan berjalan menghampiri Syanum kemudian menyerahkan Balck Card ia ambil, Syanum mengernyitkan alisnya menatao kartu tersebut.
“Ambil! saya tidak mau ada kasus istri seorang Prasetyo mati kelaparan” Lagi-lagi Ervin berkata dan itu menyakitkan bagi Syanum. Perkataannya menusuk bagai belati.
Syanum mendongakkan kepalanya menatap mata hitam milik Ervin dan mengambil kartu yang Erbin serahkan.
“Saya tau, wanita sepertimu hanya menginginkan uang saya” Setelah berucap seperti itu, Ervin melangkahkan kakinya keluar kamar. Namun sebelum itu Syanum berkata
“Terima kasih, saya anggap kamu mengerti tentang tanggung jawab sebagai seorang suami”
“Hm”
Selepas kepergian Ervin, air mata yang sejak tadi Syanum tahan kini lolos dari kedua matanya yang indah, Syanum memegangi dadanya yang terasa sesak, dia menangis tanpa suara.
Syanum beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudu lalu melaksanakan shalat dua rakaat sebelum tidur. Dia juga tidak lupa melangunkan ayat suci Alquran sekaligus mengulang hafalannya.
_Syanum dan luka di malam pertamanya
***
Ketika Syanum melipat mukenanya, dia di kagetkan dengan notifikasi pesan masuk dari ponsel Ervin yang tergeletak di atas sofa dekat Syanum berada.
Arumi:
Aku lebih mencintaimu
Jantung Syanum berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya ketika melirik ponsel Ervin yang menyala dan tanp sengaja membaca sebuah pesan.
Ting
Arumi:
Aku akan segera pulang
Lagi, pesan masuk dari orang yang sama membuat Syanum penasaran siapa sebenarnya Arumi? Bagaimana sosoknya? Apakah dia pemilik hati Ervin? Apa dia cantik? Sekelebat pertanyaan tiba-tiba muncul di kepala Syanum
Drrrt Drrrt Drrrt
Nama ‘Arumi’ tertera di layar ponsel sebagai penelpon, Syanum semakin yakin bahwa Arumi memang perempuan pemilik hati suaminya. Syanum menghampiri ponsel yang terus menyala.
“Syanum?” Suara bariton dengan aura dingin yang mendominasi membuat Syanum gugup. Ervin berjalan perlahan menghampiri Syanum dan merampas ponsel yang ada di tangnnya.
“Maaf, tadi ada yang nelpon jadi saya mencoba untuk,,,”
“Lain kali jangan lancang” ucap Ervin memotong ucapan Syanum
“Maaf” Lirih Syanum merasa bersalah
“Saya lapar, buatkan saya makan malam” Titah Ervin dan mulai mengobrol dengan Arumi si penelpon, Syanum hanya mengangguk sebagai jawaban.
Tiga puluh menit kemudian, makan malam sudah siap di meja makan. Syanum memasaknya sendiri karena dia sudah terbiasa melakukan apapun sendirian. Syanum melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk memanggil Ervin, dari depan pintu dia dapat mendengar samar pembicaraan suaminya dengan wanita di balik telpon
“Kamu janji ya buat cerain Syanum secepatnya”
“Iya aku janji sayang”
“Yaudah aku tutup telponnya, aku akan segera tidur. Good night”
“Good night, nice dream”
Syanum menghembuskan nafasnya, dia harus terlihat kuat di depan Ervin. Jika tidak, Ervin akan semakin membuatnya terluka dengan kata-kata yang dia ucapkan, dia harus terlihat baik-baik saja.
Ervin menemukan Syanum yang mematung di depan pintu. Dapat dia tebak bahwa istrinya mendengar apa yang dia bicarakan dengan Arumi, kemudian Ervin bangkit.
“Mau jadi patung?” Tanya Ervin sarkas
“Maaf” Syanum terkejut dengan suara Ervin yang tiba-tiba.
“Ayo” Ajak Ervin yang membuat Syanum bingung
“Makan malam” Jelas Ervin
Di tengah makan malam, Ervin melihat tangan Syanum yang terbalut plester luka. Tapi, dia tidak bertanya apa yang terjadi.
Makan malam berjalan dengan hening kecuali suara sendok yang beradu dengan piring.
***
Syanum membuka matanya ketika dering alarm di ponselnya menyala, ia sengaja agar tetap terjaga pada pukul tiga sebelum subuh seperti biasanya untuk melakukan solat tahajud dan salat sunah sebelum subuh tidak lupa dia juga melantunkan ayat-ayat suci.
Setelah selesai dengan semua kegiatannya, kemudian Syanum menuruni tangga dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Tidak banyak yang dia buat, hanya roti panggang, selai cokelat dan susu panas.
06:30
Ervin berjalan menghampiri meja makan dan mendapati Syanum yang sedang menunggunya untuk sarapan.
“Hari ini kerja?” Tanya Syanum memecah keheningan “Ya” Jawab Ervin singkat dan mengambil roti lalu mengoleskan cokelat kemudian memakannya.
“Apa kamu akan makan siang di kantor?” Syanum bertanya, sebenarnya dia sedikit takut untuk sekedar basa-basi
“Itu jelas” Lagi-lagi Ervin menjawabnya dengan singkat dan itu membuat Syanum semakin takut untuk menanyakan satu hal yang sangat ingin ia tanyakan.
“Apa ada lagi yang mau di tanyakan?” Pertanyaan Ervin menyadarkan Syanum dari lamunannya, dan ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini
“Ya, tentang Arumi” Jawab Syanum ragu
“Tidak ada yang perlu di jelaskan. Saya rasa, kamu dapat menyimpulkan siapa Arumi bagi saya. Jadi jangan berharap apapun dengan pernikahan ini. Kamu sendiri tau, pernikahan ini hanya karena balas budi. Jika tidak, saya mana sudi menikahimu”
“Terima kasih, kamu sudah menjelaskan betapa tidak pentingnya sebuah pernikahan bagimu” Entah keberanian dari mana yang mendorong Syanum untuk mengatakan itu
“Ya, karena bukan kamu yang saya harapkan” Ervin bangkit ketika di rasa emosinya mulai meluap ke permukaan, ia tidak ingin menyakiti Syanum lebih jauh lagi. Sebenarnya dia juga menyadari bahwa Syanum perempuan baik, tapi entah kenapa ketika melihat matanya yang teduh, Ervin rasanya deja vu.
Syanum hanya menyaksikan kepergian suaminya tanpa mengucap sepatah kata pun, dia masih mencerna ucapan Ervin barusan. Tanpa terasa, air matanya mulai menetes tanpa ia minta, Syanum mulai sesenggukan karena tangisnya yang semakin pecah, dia menangis sendirian tanpa ada yang memberinya sebuah pelukan hangat. Dia ingin semuanya segera berakhir.
Lantas, apa sebenarnya tujuan dari sebuah pernikahan?
***
Tiga hari yang lalu, Ervin mempekerjakan perempuan paruh baya sebagai pembantu. Meski Syanum menolak, tapi Ervin tetap pada kemauannya.
“Hari ini saya mau ke luar kota” Ujar Ervin ketika mereka sedang sarapan
“Kok mendadak?” Tanya Syanum
“Ya”
“Berapa lama?”
“Apa itu penting?” Ervin balik bertanya sarkas
“Maaf” Lirih Syanum merasa bersalah
“Jangan terlalu mencampuri urusan saya” Ervin bangkit dari duduknya setelah mengatakan itu
“Saya tidak bermaksud begitu” Ucap Syanum
“Lalu?” Ervin menghentikan langkahnya dan bertanya
“Apa salah ketika seorang istri bertanya seperti itu kepada suaminya?” Dengan berani, Syanum mendongakkan kepalanya menatap Ervin. Tatapan mereka bertemu, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Ervin. Dia menatap kedua mata Syanum dalam.
“Saya benci caramu menatap Syanum” Ungkap Ervin kemudian pergi membiarkan Syanum dengan kebingungannya.
“Apa yang dia bicarakan? Memangnya kenapa dengan tatapanku?” Syanum bertanya pada dirinya sendiri.
“Nyonya” Panggil si pembantu yang sedikit berlari sambil membawa sakanting plastik
“Kenapa” Tanya Syanum heran
“Tadi, tuan bersama perempuan” Jelasnya
“Ha? Siapa?” Syanum sedikit terkejut, dia tidak menduga Ervin melakukan itu.
“Tidak tau, tapi sepertinya tuan memanggilnya Rumi” Penuturan si pembantu menjelaskan semuanya.
‘pantas saja, Ervin akhir-akhir ini jarang pulang ke rumah ternyata dia bersama Arumi’ Bisik Syanum di dalam hatinya
“Oh, itu Arumi” Kata Syanum terlihat biasa saja
“Nyonya tida apa?” Tanya si pembantu khawatir
“Iya”.
***
Pov Syanum:
Aku menggerakkan bola mataku yang terasa berat, hingga ahirnya sepenuhnya terbuka. Aku melihat ada Akhtar yang menatapku.
“Syanum” Panggilnya dengan raut wajah khawatir
“Apa yang terjadi? Di mana Ervin?” Tanyaku bingung
“Ervin? Siapa yang kamu tanyakan?” Akhtar terlihat sama bingungnya.
“Lalu Arumi?” Tanyaku lagi
“Siapa lagi? Arumi?” Akhtar semakin dibuat bingung dengan pertanyaan yabg keluar dari mulutku.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Aku berusaha mendudukkan tubuhku yang terasa nyeri.
“Tadi, tiba-tiba kamu pingsan” Jelas Akhtar
“Berapa lama?” Tanyaku sambil menerima segelas air yang Akhtar sodorkan
“Sekitar dua jam”
“Ah, benarkah itu?” Aku tidak percaya bahwa aku bisa pingsan selama itu, pasalnya aku tidak pernah merasakan pingsan selama dua puluh tahun ini. Lalu hari ini? Pingsan selama dua jam?
“Sepertinya, kamu kecapean sehabis mengajar” Ucapnya lagi
‘Berarti semua tentang pernikahanku dengan Ervin lalu perempuan bernama Arumi, itu hanya sebatas mimpi? Kenapa seperti nyata?’ Aku mulai bermonolog dengan diriku sendiri.
Aku penasaran dengan mimpiku selanjutnya,
sepertinya sangat seru. Apa aku harus pingsan lagi? Tapi kasian bang Akhtar, dia pasti khawatir.
Penulis memiliki nama pena IfAgustD. Beliau merupakan mahasiswa semester V di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) STKIP PGRI Sumenep.